Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Jumat, 30 April 2010

Calo Kursi Perusak Reputasi

Minggu pagi (28/3), Jalan Flora Universitas Gadjah Mada (UGM) tampak padat. Peserta Ujian Tulis (UTUL) UGM memenuhi jalan yang terletak di sebelah barat Fakultas Pertanian. Data Kepala Humas dan Protokoler UGM mencatat, peserta UTUL UGM mencapai angka 46.617.

Diam-diam, tingginya minat calon mahasiswa untuk masuk UGM dimanfaatkan oleh para “penjual kursi”.

Mereka menawarkan dan menjamin satu tempat dengan harga yang tidak wajar. Salah satu pelaku berinisial MF menyebutkan harga untuk tiap fakultas. Untuk Fakultas Kedokteran Umum dihargainya Rp 260 juta dan Fakultas Kedokteran Gigi Rp 200 juta. Untuk fakultas lainnya diobral Rp 120 juta. “Peluang diterimanya 99%,” kata MF yang juga berstatus mahasiswa Fakultas Kehutanan 2008.

Tak hanya tahun ini, isu tentang penjualan kursi di UGM juga pernah menyeruak pada tahun 2008. Budiyanto, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa UGM 2008, pernah berusaha menguak kasus tersebut. Keinginannya diperkuat oleh pengakuan Mahfudz MD, sosok yang kini menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia. “Mahfudz MD pernah ditawari satu kuota untuk anaknya,” ucap Budiyanto. “Pihak yang menawari adalah temannya sendiri yang mengaku mempunyai jaringan di kampus,” tambahnya.

Oleh karena hal itu, ia kemudian membentuk tim untuk menginvestigasi praktik penjualan kursi di UGM. Sayangnya, tim itu gagal membedah kasus tersebut. Mereka belum dapat menemukan bukti valid untuk mendukung terungkapnya kasus ini. “Model kasusnya sangat rapi, sehingga sulit untuk dibawa ke ranah hukum,” tambah Budiyanto, alumni Fakultas Hukum tersebut.

Kasus ini ternyata didalangi oleh oknum internal UGM. Hal ini diungkapkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya berinisial VH. “Ada dosen yang menjadi calo masuk UGM. Bayarannya tidak dimakan sendiri, akan tetapi juga untuk jajarannya,” ujar anak salah satu dosen di UGM.

Fenomena “penjualan kursi” di UGM pun mengundang berbagai tanggapan dari mahasiswa. Salah satunya adalah Finalia Vinanthi, mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan 2007. Dia kecewa dengan adanya praktik “penjualan kursi” di UGM. Baginya, hal itu telah menodai citra baik UGM. “Kalau calo kursi itu ada, berarti pendidikan di UGM memang terbukti sudah dikomersilkan,” tuturnya.

Ketika dikonfirmasi perihal masalah ini, pihak rektorat menanggapi dengan serius. “UGM tidak pernah menarik dana lebih dari yang tercantum dalam leaflet maupun website. Selain yang tercantum disana adalah penipuan,” tutur Drs. Haryanto, M.Si selaku Kepala Bidang Kemahasiswaan. Ia mengatakan UGM sudah melakukan upaya maksimal untuk mencegah praktik penjualan kursi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Salah satunya dengan membentuk satuan tugas penanggulangan penipuan. Haryanto menghimbau agar masyarakat turut membantu dengan tidak tergiur oleh tawaran penjual kursi. “Banyak korban penipuan yang tidak berani lapor ke polisi. Padahal, hal itu bisa membantu dalam mengungkap jejaring calo kursi,” tambahnya. [Adib, Arin, Opik]


--(dimuat di buletin Balkon—salah satu produk BPPM Balairung UGM—edisi 128, 30 April 2010)

2 komentar: