Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Jumat, 19 Desember 2008

dReaM eN moTivaTiOn....

Mimpi. Mungkin inilah yang menjadi daya tarik paling kuat dari perjalananku masa kini. Rasanya aku datang dari mimpi dan mimpiku adalah motivasi.
Saat pertama kali aku mendengar kata-kata beasiswa study di luar negeri, rasa-rasanya mustahil dan tak mungkin aku bisa menembusnya. Terlalu jauh! pikirku kala itu. Bahkan, untuk bermimpi saja aku tak berani. Aku sempat mengubur bayangan itu untuk sementara waktu. Namun, aku menemukan sesuatu yang bisa mengubah cara pandangku 180 derajat!. Itu hanyalah sebaris kalimat hasil interpretasi seorang penulis yang isinya kurang lebih seperti ini,
Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak pernah terbantahkan.
Kiranya, itulah yang mengembalikan jiwa pemberontakku untuk keluar dari imajinasi-imajinasi terbatas dan kembali teguh dan optimis dalam mendaki puncak tantangan. Aku tak ingin seperti kura-kura yang mengerut dalam tamengnya. Jadi, aku harus menjemput kesuksesanku sendiri. Karena aku tahu, Tuhan tak akan menjadikanku baik kalau aku tak berusaha lebih baik. Untuk apa aku takut bermimpi sekolah ke luar negeri, untuk apa aku takut bermimpi dapat beasiswa, kalau mimpi itu bisa membawaku ke dalam kondisi kritis dan bisa memberikanku motivasi untuk berlaku maju dan jadi lebih baik. Inilah yang membuat hasratku tiba-tiba bergejolak dan melesat-lesat begitu cepatnya.
Semoga Tuhan mengabulkan mimpi dan doa-doaku....***

hEy U...!I'm comin'.....

Jumat, 05 Desember 2008





Kali ini aku kembali melihat mereka bersenda gurau bersama. Bergurau dalam kehangatan pagi yang indah. Namun aku tak merasakan keindahan itu. Hanya kehampaan yang saat ini terpatri dalam benakku.

Arian. Ya. Sudah sekian lama aku tak bersua dengannya. Sudah sekian lama aku tak melewatkan waktuku bersamanya. Dan sudah sekian lama itu pula aku memendam rasaku yang sepertinya ingin meledak. Meledak-ledak seperti emosiku saat aku melihatnya bersama orang lain. Namun, aku tak pernah punya keberanian untuk mengungkap semua itu. Aku juga tak punya nyali untuk tunjukkan rasa hatiku yang sebenarnya, meski aku harus sering merasa bahwa aku tak lebih dari seorang pengecut!. Aku seperti tak punya kekuatan melawan itu semua. Dan yang kulakukan hanya menunggu dan menunggu.


*****