Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Jumat, 30 April 2010

ANALISIS PLOT NASKAH DRAMA KOMEDI SATU BABAK “PAGI BENING” (Karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero serta Terjemahan oleh Sapardi Djoko Damono)

Oleh:
Ariny Rahmawati
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM


I. Deskripsi Naskah Drama

Naskah Drama Pagi Bening adalah naskah drama komedi satu babak yang berasal dari tanah Spanyol, diciptakan oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero dan diterjemahkan oleh Drs. Sapardi Djoko Damono pada tahun 2006. Tempat kejadian (setting tempat) drama ini di Madrid-Spanyol, di suatu taman terbuka, pada masa ini juga.

Sementara itu, tokoh yang disajikan adalah Donna Laura, wanita berumur 70 tahun dan ditampilkan masih nampak jelas bahwa dulunya adalah seorang gadis cantik dan segala tindak tanduknya mencerminkan mental yang baik. Selain itu, ada Don Gonzalo, lelaki tua kira-kira berumur 70 tahun lebih, agak congkak dan selalu tampak tidak sabaran. Kemudian, sebagai tokoh pembantu, terdapat Petra dan Juanito. Petra, seorang gadis pembantu Laura, sedangkan Juanito adalah pemuda pembantu Gonzalo.

II. Sinopsis

Dikisahkan bahwa Donna Laura adalah seorang nenek yang kerap kali pergi dan duduk di taman. Setiap hari, ia duduk di tempat duduk yang sama sehingga menganggap tempat duduk itu seolah-olah miliknya. Ia duduk di bangku taman sambil memberikan remah roti kepada merpati-merpati di taman.

Sementara itu, datanglah Don Gonzalo yang tampak bingung karena bangku taman yang biasa ia tempati telah diduduki oleh tiga orang pendeta. Karena tidak ada pilihan lain, Gonzalo duduk disamping Laura. Pembicaraan dimulai disini. Dari mulai mempermasalahkan hal kecil hingga sampai pada pembicaraan tentang Villa Maricella. Keduanya tampak membicarakan dua orang, Laura membicarakan Laura Liorento “Perawan Bagai Perak” dan Gonzalo menceritakan Gonzalo.

Mereka mencoba flashback. Namun, tak disangka ternyata mereka berdua membicarakan diri mereka sendiri. Laura menceritakan masa mudanya Laura dulu, dan Gonzalo menceritakan masa mudanya. Sejatinya, mereka berdua adalah dua orang yang saling mencintai. Mereka berdua mencoba mengatakan isi hati mereka walaupun sebenarnya mereka masing-masing telah menikah dengan orang lain. Hal menduga-duga yang dilakukan oleh keduanya, semisal yang dikatakan Laura, “Mungkinkah dia itu benar orangnya?” dan yang dikatakan Gonzalo,”Ya Allah, dialah orangnya itu?”, semua ini berlanjut hingga akhir drama
.

III. Analisis Plot

3.1 Landasan Teori
Plot merupakan kerangka dasar yang amat penting. Plot mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berkaitan satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain (kausalitas), serta bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu. Perrine dalam bukunya Literature: Structure, Sound and Sense menjelaskan bahwa “plot is the sequence of incident or events which the story is composed and it may conclude what character says or thinks, as well as what he does, but it leaves out description and analysis and concentrate ordinarily on major happening” (1974:41).

Robert Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction menyatakan “the comflict moves the story because it is generating center out of which the plot grows which becomes the core of the story’s structure. (1965: 16). William Kenney dalam bukunya How To Analyze Fiction menyatakan “the structure of plots divided into three parts. They are the beginning which consists of the exposition on introduction, the middle which consists of conflict, complication and climax and the end which converses denouement or resolution” (1966:13).

Dalam bentuk sederhana, plot dibagi menjadi 3, yaitu:
3.1.1 Beginning atau awal cerita
Bagian awal berfungsi sebagai eksposisi yaitu bagian yang memberikan informasi yang diperlukan oleh pembaca agar bisa memahami jalan cerita selanjutnya. Dibagian awal ini biasanya berisi nama tokoh-tokoh, gender, usia, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal, dan hal-hal yang menurut penulis penting untuk diketahui oleh pembaca. Pada awal ini biasanya diakhir dengan cerita yang tidak stabil karena cerita yang tidak stabil inilah yang akan memicu kejadian yang akan terjadi berikutnya.
3.1.2 Middle atau tengah cerita
Bagian tengah cerita diawali dengan hal-hal yang bisa memicu konflik karena pada bagian tengah cerita ini berupa rangkaian konflik yang intensitasnya semakin tinggi dan mencapai kepuncak dan disebut dengan klimaks sebuah cerita. bagian inilah yang biasanya paling ditunggu oleh pembaca.
3.1.3 End atau akhir cerita
Bagian akhir cerita ini berisi penyelesaian atas masalah-masalah yang terjadi dibagian tengah cerita.

Menurut Hartoko dalam bukunya yang berjudul Pemandu di Dunia Sastra (1985:48), plot dibedakan menjadi dua jenis: (1) plot flash-back (alur campuran), teknik ini digunakan pengarang untuk menampilkan kembali kejadian di masa lalu, (2) plot flash-forward (alur maju).

Dalam suatu cerita, teknik ini lebih mudah di pahami pembaca karena cerita yang ditampilkan maju terus ke depan. Melalui plot pembaca dapat mengikuti urutan cerita lebih mudah. Tatanan plot dalam sebuah cerita yang lebih rinci menurut Mochtar Lubis (1981:17) meliputi:
1. Perkenalan
Dalam bagian perkenalan berisi mengenai tokoh, konflik, dan latar dari cerita yang dibahas dalam novel.
2. Pemaparan masalah
Bagian dimana cerita mulai berkembang sebelum konflik mencapai puncak.
3. Klimaks
Bagian dimana permasalahan dalam novel mencapai puncaknya.
4. Anti klimaks
Bagian dimana permasalahan dalam cerita mulai ada solusinya.
5. Penyelesaian masalah.
Bagian dimana permasalahan dalam cerita dapat diselesaikan.

Sementara itu, Aristoteles membagi struktur cerita atas lima bagian, yaitu : (1) pemaparan (eksposisi), (2) penggawatan (komplikasi), (3) klimaks, (4) peleraian (anti klimaks), dan (5) penyelesaian (catasthrope). (Boen S. Oemaryati, 1971 : 70)

3.2 Analisis Plot Naskah Drama Pagi Bening

Naskah drama Pagi Bening karangan Serafin dan Joaquin ini menganut plot flash-back (alur campuran). Hal ini dapat diketahui dari jalan cerita dramanya berupa penampilan-penampilan peristiwa di masa lalu melalui apa yang dikatakan oleh tokoh (Donna Laura dan Don Gonzalo). Drama komedi ini membahas secara intens maksud pembicaraan kedua tokohnya dan memaparkan secara jelas apa yang sebenarnya terjadi dengan tokoh tersebut, dibuktikan dengan perkataan yang disampaikan tokoh di luar dialognya dengan tokoh lain. Berikut ini dipaparkan kutipan dialog dalam drama tersebut.

GONZALO : Jadi nyonya bisa membaca tanpa kaca pembesar?
LAURA : Tentu saja, tuan.
GONZALO : Setua itu? Ahai, nyonya main-main saja!
LAURA : Coba saya pinjam buku tuan itu!
(MENGAMBIL BUKU DAN MEMBACANYA KERAS-KERAS)
“ Duapuluh tahun berlalu
Dan ia pun kembalilah
Masing-masing saling memandang,
Berkata :
Mungkinkah dia orangnya?
Ya Allah, dimana oranya itu? “
GONZALO : Hebat! Saya iri hati pada penglihatan nyonya.
LAURA : (KESAMPING) Hmm, saya hafal tiap kata syair itu.

Teks sampingan “(kesamping)” tersebut mengisyaratkan hal sebenarnya yang terjadi pada Laura. Oleh karena itu, pembaca menjadi mudah memahami jalan ceritanya. Tidak hanya pada dialog tersebut, terdapat juga beberapa hal serupa pada dialog-dialog yang lain.

Mengenai struktur cerita, naskah drama ini menganut lima aspek yang dikemukakan oleh Aristoteles sehingga dapat dikatakan bahwa naskah drama ini menganut plot konvensional. Seperti yang diungkapkan oleh Gustaf Freytag dari Jerman, bahwa alur itu menggambarkan bentuk segitiga sama sisi dengan klimaks terletak persis di bagian tengah cerita. Berikut ini dipaparkan bagian-bagian dari plot tersebut.

3.2.1 Pemaparan (exposition)

Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.
Dalam naskah drama Pagi Bening diceritakan pemaparan pada bagian awalnya, yakni pada saat Donna Laura (salah satu tokoh utama) masuk panggung dengan ditemani Petra (pembantunya). Di situ, dijelaskan posisi Petra sebagai pembantu, sedangkan Laura sebagai majikan atau yang dibantu. Hal tersebut juga dibuktikan dengan panggilan “Senora” oleh Petra yang ditujukan pada Laura. Senora merupakan panggilan yang berarti ‘nyonya’ dalam bahasa Spanyol. Selain itu, dalam tahap pemaparan juga dijelaskan mengenai latar tempat dan suasana. Hal ini ditunjukkan dalam dialog berikut ini.

LAURA : Aku selalu merasa gembira sekali di sini. Syukur bangkuku tidak ditempati orang lain. Duhai, pagi yang cerah! Cerah sekali.
PETRA : Tapi matahari agak panas, Senora.
LAURA : Ya, kau masih duapuluh tahun (IA DUDUK DI BANGKU BELAKANG). Aku merasa lebih letih dari biasanya (MELIHAT PETRA YANG NAMPAK TAK SABAR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA : Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman
ini!

Selain itu, terdapat pula penjelasan mengenai Gonzalo dan Juanito. Dalam hal ini, Juanito sebagai pembantu Gonzalo. Motif pengenalannya sama dengan motif pengenalan Petra dan Laura.

Singkatnya, tahap pemaparan / eksposisi dimulai pada bagian awal saat Laura dan Petra masuk panggung kemudian bertemu dengan Gonzalo dan Juanito (Petra pada saat itu keluar panggung sebelum Gonzalo dan Juanito datang). Lalu, sampai pada awal dari keributan kecil yang dilakoni oleh Laura dan Gonzalo. Hal ini yang akan menjadi latar belakang dari komplikasi (penggawatan) selanjutnya.

3.2.2 Penggawatan (komplikasi)

Dalam naskah drama karangan Serafin dan Joaquin ini, tahap komplikasi dimulai ketika terjadi keributan kecil yang dilakoni oleh Laura dan Gonzalo. Ketika itu, terdapat percekcokan mengenai bangku taman. Pada saati itu, bangku taman yang biasa ditempati oleh Gonzalo telah ditempati oleh tiga orang pendeta. Alhasil, karena tidak ada pilihan lain, Gonzalo duduk di sebelah Laura. Disinilah penampilan awal masalah diungkapkan. Tahap penggawatan.komplikasi ini terus berlanjut hingga sampai pada cerita tentang masa lalu yang dikemukakan oleh Gonzalo. Ia menceritakan tentang sajak-sajak karangan penyair lama. Dalam hal ini, dia mengaku sebagai teman dari penyair-penyair tersebut. Lalu, pembicaraan mengarah pada Amerika, Raja Ferdinand, Ratu Isabella, dan Valensia. Berikut ini dipaparkan beberapa dialognya.

LAURA : Eh, tuan pernah ke Amerika?
GONZALO : Sering juga. Pertama kesana saya waktu umur 6 tahun.
LAURA : Tentunya dulu tuan ikut Colombus.
GONZALO : (TERTAWA) Yah, tidak sejelek itu nasibku! Saya sudah tua, tapi belum pernah kenal Raja Ferdinand serta Ratu Isabella!
(KEDUANYA TERTAWA). Saya juga teman Campoamor, berjumpa pertama kali di Valensia. Saya warga kota di sana.
LAURA : Apa sungguh?
GONZALO : Saya dibesarkan disana. Dan masa mudaku habis di kota itu. Apa nyonya pernah ke Valensia?
LAURA : Pernah! Tiada jauh dari Valensia ada sebuah villa dan kalau masih berdiri sekarang, bisa mengembalikan kenangan-kenangan yang manis. Saya pernah tinggal beberapa musim di sana. Tapi sudah lama lampau. Villa itu dekat laut, tersembunyi antara pohon jeruk. Mereka menyebutnya ... ah ... lupa ... o ya, Villa Maricella.

Semua dialog pada tahap penggawatan ini menjadi sebab dari tahap-tahap selanjutnya. Terlebih lagi, ketika pembicaraan sampai pada Villa Maricella. Pada tahap selanjutnya, konflik akan dimulai dengan pembahasan mengenai Villa Maricella dan segala peristiwa yang berhubungan dengan hal tersebut.

3.2.3 Klimaks

Dalam naskah drama terjemahan Sapardi Djoko Damono ini, klimaks dimulai ketika terjadi obrolan mengenai Villa Maricella. Dalam hal ini, pembicaraan terus berlangsung hingga orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Villa Maricella tersebut. Di sinilah sesuatu yang ganjil terjadi. Laura mencoba menceritakan tentang gadis yang tinggal dalam Villa tersebut, yakni Laura Liorento yang dijuluki Perawan bagai Perak. Ia menceritakan tentang kisah cintanya dengan Gonzalo. Dalam hal ini, perlu diketahui, mereka belum tahu nama dari mitra wicaranya. Laura belum mengetahui nama lawan bicaranya (Gonzalo), begitu pula sebaliknya.

Gonzalo pun menceritakan tentang Gonzalo yang mencintai Laura Liorento. Ia menceritakan segala perjuangannya dalam mendapatkan Perawan bagai Perak tersebut. Di sini, ada dialog yang menyatakan keheranan satu sama lain karena masing-masing sepertinya begitu mengetahui detail cerita. Namun, keduanya berkilah dengan alasan-alasan yang menurut mereka masuk akal. Berikut ini dipaparkan sebagian dialognya.

GONZALO : Ya, waktu matahari terbit, di tepi pantai, dan si Saudagar itu luka-luka parah. Saudara sepupu saya itu harus bersembunyi dan kemudian melarikan diri.
LAURA : Tuan rupanya mengetahui benar ceritanya.
GONZALO : Nyonya pun begitu agaknya.
LAURA : Saya katakan tadi, seorang teman telah menyurati saya.
GONZALO : Saya pun diceritai oleh saudara sepupu saya.
(KE SAMPING) Heh, inilah Laura itu! Tak salah!
LAURA : (KE SAMPING) Kenapa menceritakan padanya? Dia tak curiga apa-apa.
GONZALO : (KE SAMPING) Dia sama sekali tak bersalah.
LAURA : Dan apakah tuan pula yang menasihati saudara tuan itu untuk melupakan Laura?
GONZALO : Ooo, saudara sepupu saya tak pernah melupakannya.

Dalam dialog di atas, juga dijelaskan jikalau keduanya saling membela diri. Namun, ternyata, keduanya pun mulai menyadari jika lawan bicara masing-masing adalah Laura dan Gonzalo yang dimaksudkan dalam cerita-cerita mereka. Di sinilah sebab dari tahap peleraian.

3.2.4 Peleraian (antiklimaks)

Tahap peleraian dalam naskah drama ini dimulai dengan upaya saling mengakui jika mereka telah menikahi gadis dan pemuda yang lain. Namun, pengakuan ini hanya diungkapkan di belakang, tidak di depan lawan bicara. Hal ini menjadi akibat dari adanya kesadaran dari masing-masing pihak jika lawan bicaranya adalah Gonzalo dan Laura.

Tahap peleraian ini berlangsung sampai pada Laura yang menyadari bahwa pertemuannya dengan lawan bicaranya sebagai sesuatu hal yang aneh. Begitu pula Gonzalo, ia mengamininya. Berikut ini dipaparkan dalam dialog di bawah ini.

LAURA : Nasib memang selalu aneh. Di sini, tuan dan saya, dua orang asing, bertemu secara kebetulan dan saling menceritakan kisah cinta yang sama dari dua teman lama yang telah bertahun lalu terjadi, seperti sudah akrab benar kita ini!
GONZALO : Ya, memang aneh. Padahal mula-mula kita bertemu tadi, kita bertengkar.
LAURA : Tuan juga yang tadi mengganggu merpati-merpati saya.
GONZALO : Memang agak kasar saya tadi.
LAURA : Memang kasar. (RAMAH) Tuan datang lagi besok pagi?
GONZALO : Tentu, asal pagi secerah ini. Dan takkan lagi mengganggu merpati-merpati itu, tapi saya akan membawa remah-remah roti besok.
Begitu sebagaimana diungkapkan dalam dialog di atas, tahap peleraian diakhiri dengan kesediaan Gonzalo untuk datang besoknya dan membawakan remah roti untuk merpati-merpati itu. Di sinilah konflik berakhir dan Laura memanggil Petra, begitu pula Gonzalo memanggil Juanito.

3.2.5 Penyelesaian (catasthrope)

Tahap ini dimulai dengan adegan Laura memanggil Petra, begitu pula Gonzalo memanggil Juanito. Mereka beranjak pulang. Pada tahap ini ditampilkan pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan oleh Laura dan Gonzalo saat melambai pulang. Berikut ini dipaparkan dalam dialog di bawah ini.

GONZALO : Sampai besok, nyonya!
LAURA : Sampai besok, tuan!
GONZALO : Agak panas hari ini!
LAURA : Pagi yang cerah. Tuan besok pergi ke bangku tuan?
GONZALO : Tidak, saya akan kemari saja. Itu kalau nyonya tidak berkeberatan.
LAURA : Bangku ini selalu menanti tuan!
GONZALO : Akan saya bawa remah-remah roti!
LAURA : Besok pagi, jadilah!
GONZALO : Besok pagi. (LAURA MELANGKAH KE KANAN BERPEGANG PADA PETRA. GONZALO MEMBUNGKUK SUSAH PAYAH MEMUNGUT BUNGA YANG JATUH TADI, DAN LAURA MENENGOK KETIKA ITU)
LAURA : Apa yang tuan kerjakan?
GONZALO : Juanito, tunggu dong!
LAURA : Tak salah, dialah Gonzalo!
GONZALO : (KE SAMPING) Tak salah, dialah Laura!
(MEREKA MASING-MASING MELAMBAIKAN TANGAN)
LAURA : Mungkinkah dia itu benar orangnya?
GONZALO : Ya Allah, diakah orangnya itu?
(KEDUANYA TERSENYUM)

Begitulah adegan terakhir dari naskah drama Pagi Bening ini. Tahap penyelesaian dituliskan secara halus, dimana petemuan yang diawali pertengkaran kemudian diakhiri dengan saling melambaikan tangan dan mengharap besok dapat bertemu lagi. Walaupun begitu, keduanya masih memertanyakan jati diri lawan bicara masing-masing.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis plot, dapat disimpulkan bahwa naskah drama Pagi Bening ini menganut plot flash-back (alur campuran). Selain itu, subplot yang dimaksud terdiri dari lima tahap, yaitu tahap pemaparan, komplikasi, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian. Naskah drama Pagi Bening masih mengandung plot konvesional. Oleh karena itu, dasar teori yang digunakan adalah teori plot yang dikemukakan oleh Aristoteles.(©12Apr10)

2 komentar:

  1. Kak mau tanya, jadi walaupun ngga ditunjukin gambaran flashback nya, tapi para pemain saling membicarakan masa lalu itu alur campuran ya?

    BalasHapus