Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Senin, 03 Mei 2010

Satu Mei 2010 Bicara

Seandainya burung Garuda di teras Istana Negara Gedung Agung itu bisa bicara, mungkin ia akan berkata, “Kubentang tubuhku di sini sebagai simbol kebijaksanaan dan kepribadian bangsa. Tapi ternyata, yang menduduki pilar-pilar kenegaraan ini justru busuk tersuruk di bawah bantal-bantal kapitalis. Aku seperti tanpa daya. ”
Lalu, seandainya peluh tenaga para demonstran pejuang buruh itu bisa bicara, mereka pun akan berkoar, “Kami tantang angkasa siang ini karena kami telah hadir dalam tubuh dan jiwa para pejuang keadilan untuk buruh. Kami menjadi saksi atas perjuangan mereka.”


Ternyata, satu Mei 2010 bicara. Kawasan jalan Malioboro, siang itu (1/5), menjadi tempat ratusan buruh menyuarakan tuntutannya. Mereka menuntut, antara lain, penghapusan sistem kontrak serta jaminan sosial bagi tenaga kerja.

Pelaksanaan aksi para demonstran menyuarakan tuntutannya berlangsung cukup tertib dan damai. Orasi turun ke jalan diawali oleh Aliansi Masyarakat untuk Keadilan (AMUK) di kawasan nol kilometer Yogyakarta. Aksi tersebut juga dilakukan untuk menyambut para demonstran lainnya. Mereka mengusung tema Bersatu Rebut Kesejahteraan, Lawan Penindasan.

Secara nyata, tak hanya AMUK, sekitar pukul 11.27 WIB, iring-iringan demonstrasi dari Forum Mahasiswa Yogyakarta (FMY) tiba di kawasan nol kilometer. Mereka berorasi di simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta. Selanjutnya, sekitar pukul 12.09 WIB, para demonstran dari KASBI, SPCI, FORI, AMUK, dan aliansi lainnya turut memenuhi kawasan tersebut. Mereka melangsungkan orasi bersama.

Suasana mulai memanas ketika Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) memenuhi kawasan depan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta. ARM merupakan gabungan dari berbagai aliansi gerakan buruh. Mereka membawa replika babi bergambar SBY-Budiono. Menurut orator ARM, replika babi tersebut merepresentasikan rezim SBY-Budiono. Secara lantang, mereka suarakan 15 tuntutan ARM, diantaranya adalah penolakan terhadap Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang dianggap sebagai awal bagi kehancuran industri manufaktur.

Sekitar pukul 13.01 WIB, terdapat aksi pembakaran replika babi tersebut. Kawanan anggota ARM melingkar dan berlari-lari mengelilingi kobaran api pembakaran replika babi tersebut. Saat itu, tidak ada indikasi pemadaman dan penertiban yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Aksi demonstrasi di kawasan nol kilometer tersebut berakhir sekitar pukul 13.28 WIB. Iring-iringan demonstran bergerak jalan bersama menuju Alun-alun Utara Yogyakarta. Oleh karenanya, lalu lintas yang sekitar setengah jam terhambat itu pun harus segera ditertibkan. Sekawanan polisi berusaha memadamkan bara api bekas aksi demonstrasi tersebut untuk melancarkan arus lalu lintas.

Ketika dikonfirmasi, Kapoltabes Yogyakarta, Ahmad Dofiri, menegaskan bahwa ia telah mengerahkan sekitar 500 aparat yang disebar di beberapa titik, yakni kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta, gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DIY, kantor Gubernur DIY di Kepatihan, dan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta. Dofiri juga menyatakan pendapatnya terhadap aksi demonstrasi peringatan hari buruh 2010 ini. “Kami memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk melakukan aksi demonstrasi asal tidak melakukan tindak anarki. Namun, kebersihan jalanan pasca demonstrasi harus juga diperhatikan oleh para pelaku aksi,” tuturnya. [Arin]