Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Selasa, 22 Juli 2008

Besok!! Serangan PIlbup Jombang-Pilgub Jatim...

Pagi ini, forum teman-teman pelajar sekelas XII IPA 1 mulai buka topik seputar Pilkadal alias Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang akan dihelat besok pagi 23 Juli 2008 jam 07.00 - 13.00 WIB. Walaupun sebagian besar belum mempunyai KTP karena belum 17 tahun, tetapi sudah mendapat Kartu Pemilih, termasuk saya. Malangnya, ternyata tanggal lahir saya salah tulis. Padahal saya lahir 18 Oktober 1991 (18-10-1991) tapi di Kartu Pemilih saya tertulis 18 Januari 1991 (18-01-1991). Sempat terbesit di benak, apa tanggal lahir saya di semua berkas-berkas di kantor Kecamatan sala tulis ya?
Kembali ke topik Pilkada 2008. Teman-teman mulai cas-cic-cus seputar akan memilih calon bupati/gubernur siapa. Maklum, karena kami tidak pernah ikut pemilihan umum sebelumnya. Berbagai pertimbangan mulai dilontarkan. Mulai dari calon bupati pasangan Nyono-Halim, Ha-Rum sampai pasangan To-No alias Suyanto-Widjono. Lalu, calon bupati pasangan Ka-Ji, SR, Salam, Achsan dan Karsa. Semua dipertimbangkan negative and positive factornya karena kami beranggapan semua itu ada baik dan buruknya.
Berdasarkan polling sekelas yang berisi 24 siswa, sebagian besar memilih pasangan Nyono-Halim untuk Pilbup Jombang dengan pertimbangan bahwa ingin adanya perubahan berarti untuk Jombang. Walaupun kami juga tidak sepenuhnya mengerti perubahan yang bagaimana yang diharapkan. Ada juga satu teman yang hampir saja menganut aliran golput, tapi untungnya ia segera dapat wejangan dari ortunya sekaligus teman-teman yang memang sangat menyayangkan tindakan tersebut. Tapi, seharusnya memang begitu bukan?. Menurut kacamata seorang pelajar yang hanya sekedar tahu, tapi sebenarnya sangat kurang sekali pengetahuan seputar kehidupan politik, seperti saya ini beranggapan bahwa golput sangat tidak mencerminkan jiwa bangsa Indonesia yang demokratis. Ntah demokratis arti sesungguhnya bagaimana, tapi sekedar tahu karena dalam pelajaran Kewarganegaraan sudah ada. Golput menurut kami pengecut dan merasa dirinya lebih baik dari para calon bupati/gubernur, padahal jika dalam kenyataanya kan belum tentu. Istilah kerennya 'ke-PD-an', begitu kata sebagian besar teman saya, termasuk saya. Menurut kami, orang-orang yang golput pada umumnya gak ngerti sebagaimana pentingnya partisipasi warga negara dalam kehidupan negara tersebut. Ngakunya bangsa Indonesia tapi kelakuannya kok tidak mencerminkan pribadi bangsa Indonesia?. Orang-orang yang golput kesannya seperti meremehkan calon-calon yang sudah ada. Gimana jadinya Indonesia kalau warganya banyak yang seperti ini? Kesadaran menjadi warga negara Indonesia yang baik saja tidak ada, gimana mau maju negara seperti ini? maka, jangan salahkan pemerintah kalau Indonesia jadi bobrok, lha wong tukang becak saja banyak yang golput(tidak bermaksud meremehkan para abang becak,tapi fakta menunjukkan seperti itu).
Untuk Pilgub Jatim, hampir teman-teman sekelas bingung soal figur pemimpin yang mana yang harus dipilih. Sebagian mereka kurang tahu latar belakang para calon. Mungkin untuk pasangan Ka-Ji dan Karsa. Sudah mengenal semua, tapi untuk tiga calon lain saya pikir mereka kurang mengenal. Ada banyak faktor, mungkin karena mereka kurang informasi karena berada di desa misalnya, tapi sekarang banyak surat kabar kok, apalagi internet. Browsing mudah, cepat dan gratis bisa dilakukan di lingkungan SMA Negeri Mojoagung. Mungkin karena faktor minat mereka pada dunia politiknya. Enggan membaca misalnya. Tapi untungnya, saya ada langganan surat kabar di rumah, jadi lebih mudah lah. MEskipun begitu perasaan malas juga ada sebenarnya. Demi kesadaran menjadi WNI yang baik, baca saja.
O ya, ada comment yang benar-benar membekas di hati. Tapi, sebelumnya saya mohon maaf untuk siapa saja yang membaca tulisan ini. Pasangan cabup To-No, untuk Suyanto yang periode kemarin sudah menjabat, ada celetukan yang menurut saya lucu saja. Salah seorang tim sukses pasangan To-No kemarin (21/07) mengatakan bahwa jika cabup pasangan tersebut terpilih, maka sekolah saya akan diberi 1 hektare tanah plus 1 lokal kelas. Sempat goyah sebenarnya, tapi tiba-tiba hati saya berpikir, janji mereka sudah di mana-mana, apa sanggup kekuatan seorang manusia untuk memikirkan janji-janji mereka yang sudah bejibun itu satu per satu. Maksud saya bukan meremehkan, saya juga masih seorang pelajar yang tak banyak pengalaman. Tetapi, jika dipikir logika seorang manusia yang dikelilingi nafsu dan kesalahan, apa bisa terwujud semua janji-janji maut para pasangan calon kepala daerah?. Yang jadi pertanyaan konyol dalam otak saya adalah, sekaya apa orang tersebut hingga bisa membiayai semua janji-janji maut mereka yang hampir semua berupa pendanaan pengembangan sarana, belum lagi biaya kampanye dan lain-lain yang menurut pengelihatan saya sangat menguras kocek para calon kepala daerah.
Lalu, ada lagi istilah 'serangan fajar' alias 'bom-boman' yang dilakukan menjelang pemilihan langsung. Teman-teman ada juga yang nyeletuk seputar masalah tersebut. Katanya, saya juga belum pernah tahu langsung, setiap fajar menjelang pemilihan, selalu ada event bagi-bagi uang atau sembako yang istilahnya untuk 'sogokan' agar memilih calon yang bersangkutan. Ironisnya, hal ini seperti sudah menjadi budaya bagi kebanyakan masyarakat Jawa Timur, mungkin juga Indonesia. Nah,ini juga yang mungkin menjadi faktor X kurang berhasilnya para pemimpin di Indonesia. Meskipun, saya masih seorang pelajar SMA yang tidak banyak pengalaman, tapi saya mengaku prihatin dan sangat miris dengan fenomena seperti ini. Saya juga bisa memaklumi, bagaimana sumber daya manusia Indonesia. Tapi, yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara jitu mengatasi budaya tak terpuji seperti itu. Yang saya lakukan sebagai pelajar juga tidak bisa banyak sekarang, umumnya tidak langsung, saya kira menjadi WNI yang baik bisa saya mulai dulu dari diri saya sendiri. Siapa tahu nanti bisa menularkan kesadaran ini ke orang lain sampai semua penduduk Indonesia. Amin.
Mungkin inilah pandangan seorang pelajar terhadap hal-hal menjelang detik-detik pemilihan bupati Jombang dan gubernur di Jawa Timur. Inilah Pilkada menurut kacamata pelajar yang tak banyak pengalaman dan masih perlu banyak sekali belajar. Mohon maaf jika tulisan ini sempat membuat hati kurang nyaman. Mohon saran dan kritik yang membangun karena saya masih sangat pemula. Terima kasih.

arinee-originale


1 komentar:

  1. Wah, jurnalis ya. ehmmmmmmmmm, aku mencium bau teman nih. komen-komenan ya, kebeneran post baruku calon terbit di majalah mingguan sekolahku nih, kasi plus minus ya. kalo cowok Jatim aku panggil cak, kalo cewek kayak mbak ni aku panggil apa donk? lam kenal, hidup jurnalis!

    BalasHapus