Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Minggu, 04 Januari 2009

Kembang Tilem....., Apa Gusti Allah akan Marah??

...


Gambar ini kutemukan saat aku surfing di dunia maya...

Kata sebagian orang yang pernah kutemui, aku harus menuliskan apa yang menjadi mimpiku. Karena dengan bermimpi, aku jadi punya arah dan tujuan. Dengan menuliskannya, aku tak akan lupa selama itu masih ada dalam pandangan. Dengan menuliskannya, aku akan semakin malu jika aku tak bekerja keras untuk mewujudkannya. Kata salah satu orang, “Mimpi itu indah, akan jadi lebih indah jika kita bisa mewujudkannya.”. Kalau menurutku, benar juga selama mimpi itu memang benar-benar indah.
Setelah sekian lama, terombang-ambing, kesana-kemari dalam ritual kehidupan yang menyita waktu dan tak pasti. Hidup dalam angan-angan dan tertidur dalam awangan. Akhirnya aku berani bermimpi. Sungguh hal yang tak mudah bagiku menanamkan paradigma bahwa hidup harus punya mimpi. Selama ini, orang tuaku selalu mengatakan, ”Mengalir saja lah... nduk”, ”Mengalir saja lah...nak”. Aku tahu persis maksud orang tuaku menanamkan paham seperti itu padaku. Sejatinya, memang hidup itu hanya milik Gusti Allah. ”Manusia cuma bisa ikhtiyar sekuat tenaga, tawakkal juga ndak boleh dilupakan...., hadapi saja apa yang ada didepanmu..., sekolah dimanapun toh sama saja nduk..., semua itu tergantung manusianya...”. Begitulah kiranya maksud kedua orang tuaku.
Namun, entah apa yang membuat otakku tiba-tiba berubah haluan dan memberanikan diri untuk bermimpi. Mungkin karena kata hatiku mengatakan bahwa, ”...apa salahnya bermimpi, semoga Gusti Allah lan Kanjeng Nabi juga tak akan marah bila aku mencoba bermimpi...”. Dengan catatan, tidak boleh terlalu mendewakan mimpi tersebut. Tidak boleh terlalu kenceng, toh hidup, mati dan nasib itu cuma Pengeran yang punya. Akhirnya, aku berani bermimpi dan tak meninggalkan rasa hormatku kaliyan wong tuwa sing loro.

2 komentar:

  1. Bermimpilah. Tapi yang masuk akal.


    Mimpi (puisi)

    Kau enak cekikikan di atas sana
    sedang aku berjibaku dengan realita
    lancang kau merokok didepanku
    kepulkan asapnya ke mukaku

    mimpi, kau terus merayu
    agar aku terus mengejarmu
    kau terus lari
    aku tak kuat lagi

    mimpi, mengejarmu melelahkanku
    mengaburkan mataku
    menciderai hatiku
    menciutkan nyaliku

    mimpi, dengan segala capaiku
    dengan kuat tenagaku
    dengan doa kepada Allahku
    suatu hari kau tak kan lagi berkutik

    BalasHapus
  2. wah...hebat puisix...!!

    Thx a Lot y...

    BalasHapus