Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Jumat, 05 Desember 2008





Kali ini aku kembali melihat mereka bersenda gurau bersama. Bergurau dalam kehangatan pagi yang indah. Namun aku tak merasakan keindahan itu. Hanya kehampaan yang saat ini terpatri dalam benakku.

Arian. Ya. Sudah sekian lama aku tak bersua dengannya. Sudah sekian lama aku tak melewatkan waktuku bersamanya. Dan sudah sekian lama itu pula aku memendam rasaku yang sepertinya ingin meledak. Meledak-ledak seperti emosiku saat aku melihatnya bersama orang lain. Namun, aku tak pernah punya keberanian untuk mengungkap semua itu. Aku juga tak punya nyali untuk tunjukkan rasa hatiku yang sebenarnya, meski aku harus sering merasa bahwa aku tak lebih dari seorang pengecut!. Aku seperti tak punya kekuatan melawan itu semua. Dan yang kulakukan hanya menunggu dan menunggu.


*****



2 komentar:

  1. Aku pernah berdiri di sini menunggu dia yang telah kunanti sejak awal terbangunnya mentari. Bukan untuk menyambutnya, bukan untuk menyapanya. Melainkan untuk mengubur kembali kerinduan yang berdetak tenggelam menyeretku dalam ketidak sadaran. Tanganku terkepal gemetar menahan perihnya dinding hati yang terkerat luruh oleh buncahan rasa cemburu tanpa kendali.

    waahhh.... kayaknya nggak gue banget dech..!!
    makan es krim atw sarapan capcay yang banyak wortel sozzzzzzis ama baksonya.
    mmmm... surga dunia lo,cing!

    BalasHapus
  2. wah....

    cindu bagus loh kata2nya....

    bagus...bagus.....

    q jdi ngiri.. hwehehehehe....

    semangaTTT.....!!!!!

    BalasHapus