Berkata ala Diri Sendiri, Berawal di Bumi Sendiri—Merah Putih!!—

Berupaya menyisir, menggeledah, membongkar sembari mencari, menyelidiki, ataupun nyantri pada Kiai Kehidupan untuk memilah dan berusaha menemukan apa yang pantas diperjuangkan dalam hidup...

Jumat, 05 Desember 2008





Kali ini aku kembali melihat mereka bersenda gurau bersama. Bergurau dalam kehangatan pagi yang indah. Namun aku tak merasakan keindahan itu. Hanya kehampaan yang saat ini terpatri dalam benakku.

Arian. Ya. Sudah sekian lama aku tak bersua dengannya. Sudah sekian lama aku tak melewatkan waktuku bersamanya. Dan sudah sekian lama itu pula aku memendam rasaku yang sepertinya ingin meledak. Meledak-ledak seperti emosiku saat aku melihatnya bersama orang lain. Namun, aku tak pernah punya keberanian untuk mengungkap semua itu. Aku juga tak punya nyali untuk tunjukkan rasa hatiku yang sebenarnya, meski aku harus sering merasa bahwa aku tak lebih dari seorang pengecut!. Aku seperti tak punya kekuatan melawan itu semua. Dan yang kulakukan hanya menunggu dan menunggu.


*****



Senin, 17 November 2008

mY heaRt cOme BaCk….


I wait….

Always wait…

Wait for a long time…

Wait for a sacrifaction…

Wait for a heart that I miss…

Hope it can be mine…

And the next, I can give my heart….

The only one for my missing heart…

But, this evening…

When the sun disappeared,

I saw the moon who get my soul…

Makes me feel calm down…

I took the light, but I can’t see it again…

The next, I want to close my eyes…

Hope it can lost my sadness

‘coz I can’t find my missing piece…

Suddenly, there was a light come for me…

I can’t see it coz it blinking…

Then, I close my eyes back…

And I realize that it was my missing heart….

I cant stop my tears,

I cant stop my love…

This is my moment …

I'd like to stop the clock make time stand still…

Listening his words and whispering something

My heart feel come back…

My moment unforgettable 4ever and ever

I miss U…

I miss U my missing piece…

@ri@n for @ri@n

Jumat, 14 November 2008

Review...


Dasar cinta mendalam hanya milikNya. Aku tak sampai setitik kotoran kuku bila dibandingkan dengan beragung-agung kuasaNya. Aku juga sangat ringan tak punya kuasa dan kekuatan laiknya anai-anai yang beterbangan terombang ambing tak berdaya…
Aku hanya hamba hina yang tak tahu berterima kasih…
dengan bekal cinta yang terbata-bata dan sangat minim, aku masih bisa merajai semesta…
karena cintaNya dan hanya karena cintaNya yang aku tak pernah sanggup mengukurnya, aku hanya akan hancur dengan segala logika,obsesi dan ambisiku….

Aku hanya bisa mengeja sepatah demi sepatah cinta, secuil demi secuil kasih dan seucap demi seucap alunan takbir yang mengalun lembut serta melalui pengabdianku kepada sepansang matahari, hanya dan hanyalah untuk menyusun mozaik cinta yang terbaik dengan segala ikhtiyar dan tawakkalku menuju dasar cintaNya…

A piece of ....

Malamku kali ini kembali sunyi. Sang bulan terlihat tersenyum sembari menunjukkan cahayanya yang sengaja mengejekku karena hampir tujuh bulan ini aku sendiri dan sendiri, kesepian dalam hening malam merindukan seseorang yang ruangnya di hatiku belum tergantikan. Ku tengadahkan wajahku seraya menikmati pekatnya malam, sejurus kemudian aku terpejam dalam dingin malam menusuk tulang. Matahari itu muncul dalam lamunanku. Bulan itu melambaikan tangannya untukku.Aku bergumam dalam kerinduanku bersama malam.

Matahariku,

Aku sedang memejamkan mata

Kemudian...

Kaukah itu?

Terlihat mengacak rambutku, tertawa lepas dan memandangku dengan sorot mata teduh melindungi

Aku menarik bibirku, berikan senyum tulusku

Lalu, kau menarik tanganku

Membawaku bersama mimpimu

Menggenggam tanganku seerat ikatan hati,

Aku merasakan tenang dan tenteram

Aku serasa ingin malam ini turun hujan,

Karena hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu gemuruh hati, hujan itu air mata...

Hujan turun berarti bahwa sedihku, resahku, tangisku, rinduku lenyap dan pecah

Dengar aku Matahariku...

Peluk aku, dekap aku, jaga aku..

Karena aku telah mati di rengkuhmu..

Sedetik kemudian aku terlelap dalam mimpi dan harapan yang menggantung dalam nadi.

***

Pagi ini aku kembali menyusuri koridor sekolah bersiap duduk berlama-lama hanya untuk ilmu. Lima langkah menuju kelas, pandanganku selalu tertuju pada bangku pojok kanan. Ya, disitulah harapanku. Agaknya pagi ini aku berangkat agak pagi karena kelas masih sepi dan matahariku belum juga datang. Aku meletakkan tasku di bangku pojok kiri. Undian kali ini aku kebagian duduk di pojok belakang. Aku mulai membuka koran yang sengaja kubawa karena kemarin aku belum sempat membacanya.

”Eh, da koran baru ya non?” tegur Deny.

“Yups... kemaren lum sempet baca!“ jawabku.

”Pinjem donk.... sebentar ajah!” sahut Deny seraya menunjukkan muka sok imut.

Bibirku manyun beberapa senti namun luluh tiga detik selanjutnya. Kusodorkan koran tersebut dan secepat kilat Deny membawanya ke bangkunya.

Aku terdiam dan tanpa sengaja melayangkan pandangku ke bangku pojok di seberang bangkuku. Ya, bangku yang setiap pagi harus menerima nasibnya untuk kulirik dan kulirik selalu. Aku menyandarkan punggung ke dinding, kali ini tidak melirik tapi memandang. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Seseorang berjaket coklat dengan kacamata bertengger di kedua matanya nampak beberapa langkah lagi memasuki kelas. Aku segera mengalihkan pandangku ke objek lain, yaitu koran di tangan Deny. Karena aku, tidak ingin dia memergoki aku sedang memperhatikannya.

”Den, udah belum?” tanyaku sembari menunjuk koran.

”Ahh... bentar donk!” jawab Deny ketus.

”Uggh... Dasar!”

Deny hanya menoleh dan memasang senyum gak jelas, sama seperti tadi. Kukira dia emang obsesi untuk jadi imut. He.

***

Jam pelajaran Bu Iffah, Matematika, aku sengaja keluar karena aku selamat dari cengekeraman iblis remidi yang sekarang melanda delapan orang anak di kelasku. Puji syukur!.

Aku duduk di bangku panjang di depan kelas dan mulai melanjutkan membaca koran. Dismapingku ada Eka, Tiwi dan Safi.

”Aduh, aku pusing banget Rin!” kata Eka sambil memegangi kepalanya.

”Aku juga sih sebenernya, tapi abiz kena pesona Obama, jadi agak berkurang deh” jawabku seraya menunjukkan koran yang memuat foto Obama, presiden Amerika terpilih ke-44.

”Eh...Obama yah!” sahut Tiwi sambil melongokkan kepalanya ke koran yang kubaca.

”Iya...kemaren ndak sempet baca.”

”Nih...biar nggak nganggur.” ujarku sambil menyodorkan bagian koran lain ke Tiwi.

”He...he...” ringis Tiwi.

Kemudian aku dikejutkan oleh seorang yang lewat dan menyapa Tiwi. Dia ternyata penghuni bangku yang kupandangi tadi pagi.

”Hey... Wi. Ikut aku yuk!” ajak dia.

”Kemana?” tanya Tiwi.

”Ke perpus.”jawabnya.

”Tapi masih baca.”

”Ayo’... ga papa!.Bacanya di perpus aja.”

“Tapi ini punya Arin...”jawab Tiwi. Seseorang itu kemudian melengos dan meninggalkan kita berempat.

”Eh, ke perpus yuk!” ajak Elis ke Eka. Tapi, malah Tiwi yang bersemangat.

”Yuk!!!” sejurus kemudian ia meninggalkan koran itu begitu saja dan berjalan bersama Elis menuju perpus. Aku yang saat itu pura-pura tenggelam dalam bacaan koran mencoba menghapus luka gores. Seseorang itu lagi-lagi tak menggubrisku sedikit pun.

Tapi akhirnya ada hasrat yang menuntunku untuk mengikuti ke perpus. Kemudian aku dan Eka segera menyusul mereka. Pemandangan pertama di perpus adalah seseorang itu, koran dan Tiwi. Beradu dalam satu melodi siang bolong. Aku yang tak rela, segera menenangkan hati dengan pura-pura tenggelam dalam koran. Lagi. Kali ini hatiku berkaca-kaca. Entah kenapa aku tak mau melewatkan sedetik pun untuk tidak memandang dia. Dan untuk pertama kali setelah sekian lama, aku memergoki dia yang juga sedang mengolah pandang kepadaku. Lukaku sejenak sirna dan berbunga.

***

Sore ini, mendung merundung bumi. Aku mengayuh sepeda Phoenix hitamku menyusuri jalanan kota sambil menikmati mendung yang menggantung. Namun, sejenak kemudian aku seperti tersambar petir tanpa kilat. Aku melihat pemandangan asing yang tak pernah aku sangka.

“Bruummm...!!“ suara motor itu mendahului jalanku.

Ternyata seseorang yang ku puja dan ku harapkan sedang membonceng Tiwi menikmati sore. Dan yang paling menyakitkan, mereka tidak menyapa atau sekedar tersenyum kepadaku. Mereka tenggelam dalam dunia mereka. Kali ini hatiku bukan hanya tergores ataupun berkaca-kaca. Namun, kali ini hatiku benar-benar tertusuk dan menangis.

Matahariku...

Secepat itukah aku hilang?

Sementara aku sulit dan sangat sulit untuk mengisi ruang kosong yang kau tinggalkan...

Mengenai janji yang kau ucap dulu,

Ternyata kau sudah menemukan matahari lain...

Aku menangis dalam mendung, dan aku berharap hujan segera turun. Turun bersama air mataku yang deras. Dan aku bisa menangis sepuasku tanpa ada seorang pun yang tahu.

Kemudian, Tuhan mengabulkan doaku....

***

Aku menggigil dalam dingin malam membeku. Bulan kemudian mendekat dan membelai punggungku. Rasanya aku memang harus bercerita. Tapi tidak!!. Bulan sudah mengerti. Tak perlu aku harus bercerita. Aku kembali menengadahkan wajah ke haribaan malam. Memejankan mata dan merasakan hembusan dewi malam.

”Matahariku....” seseorang hadir dan mengagetkanku.

”...” diam membisu dan kosong.

Seseorang itu menghampiri dan mengacak rambutku. Duduk disampingku kemudian memandangku. Menatap mataku. Aku kembali menggigil karena dewi malam berhembus terlalu kencang. Seseorang itu meraih tubuhku dan mendekapku dalam dadanya. Memelukku dalam indah dan hangatnya waktu. Kemudian dia membisikkan sesuatu,

”A piece of love for you, Dear…”

Aku tersenyum kemudian membuka mataku. Bulan masih berada di sampingku, namun segera beranjak dan berpamitan untuk lanjutkan tugas. Sepotong cinta yang indah dari duniaku yang semu. Berharap matahariku akan kembali dalam duniaku yang sebenarnya.

Sabtu, 18 Oktober 2008

17 Tahun Mencari Cinta



I

Ketika baru tahu cinta

Lima tahun yang lalu aku belajar melihat cinta
Berlari dan mencoba memahami cinta
Setiap jengkal langkahku, setiap depa raihan tanganku
dan setiap jari yang mengusap peluhku
tak henti aku mengeja nama cinta
walau tak sedikit jua terperosok hingga terjun ke kawah hina

II

Ketika mulai melihat cinta

Tiga tahun kemudian aku mulai mengenal cinta
Bertemu dan berpandang walau tak jua paham siapa itu cinta
Imajinasi, obsesi dan ambisi mulai berani menyentuh cinta
Sampai idealisme tercekat memahami siapa itu cinta

III

Ketika tengah mengeja cinta

(to be continued)

Kamis, 16 Oktober 2008

Biar Aku eperti itu

.

Kau mungkin tak tahu betapa hatiku penuh luka saat aku harus membuat keputusan untuk meninggalkanmu. Saat aku menghadapi keadaan yang bisa membunuhku, bahkan membunuhmu ketika aku harus mempertahankanmu. Saat aku merasa sendiri dan sepi, tak seorangpun sudi menghela. Kau tak pernah tahu dan mungkin tak kan pernah tahu.

Aku menyadari bahwa saat ini kau sudah tidak lagi punya urusan denganku, begitu juga seharusnya denganku yang sudah tak punya andil apapun terhadapmu. Aku telah mendengar semua itu dari bibir dan hatimu. Aku sungguh telah mendengarnya. Hatiku gerimis setelahnya. Betapa sungguh secepat itu namaku lenyap dari hati dan pikiranmu!

Secepat itu juga kau menemukan matahari yang lai. Empat hari lalu, bahkan kau baru saja berterus terang bahawa kau hanya punya dua matahari. Matahari sesungguhnya dan satu yang lain adalah "Aku". Tapi aku pikir, aku harus tahu diri bahwa sinarku tak cukup menerangi jalanmu. Aku yakin dan percaya bahwa sesungguhnya ada matahari lain yang bisa menerangi hatimu. Menghangatkan jiwamu. Aku berdoa untuk kebahagiaanmu.

Kalauboleh aku berujar, matahari itu sesungguhnya telah ada di dekatmu. Tinggal bagaimana caramu untuk menarik sinar itu hingga dia bisa memberikan sinarnya padamu. Kau mungkin tak pernha tahu bahwa aku sudah merasa seperti itu sejak kau masih berada disampingku dulu.

Semoga kau masih bisa menerimaku, masih bisa mengingatku atau aku sangat berharap bisa jadi asteroid bagimu. Meskipun harus mendapatkan sinar dari matahari untuk bisa menyinarimu. Meskipun tidak seterang mentari, tapi setidaknya aku bisa sedikit menerangi hatimu dan menyingkitkan mendung di kelopak matamu.

Biarkan aku jadi seperti itu dan aku rela menyerahkan sinarku untuk mataharimu yang selanjutnya.
Biarkan sinar itu hidup dalam raga orang lain daropada harus menderita tak berdaya dalam hatiku.
Biar sinar itu hidup melalui orang lain, daripada harus menanggung sakit dan bersalah dalam jiwa ragaku.

Semoga kau tahu bahwa sinar itu masih hidup dan menunggumu.

Dan semoga kau tahu bahwa aku pernah mencintai seseorang hingga aku menangis.

ar i n z

Minggu, 12 Oktober 2008

It's Rainy Day


The day is cold, and dark, and dreary;
It rains, and the wind is never weary;
The vine still clings to the moldering wall,
But at every gust the dead leaves fall,
And the day is dark and dreary.

My life is cold, and dark, and dreary;
It rains, and the wind is never weary;
My thoughts still cling to the moldering Past,
But the hopes of youth fall thick in the blast
And the days are dark and dreary...

Kamis, 09 Oktober 2008

I’m just giving u time to miss me!






Sometimes, I forget to say hi,
Sometimes, I even miss to reply,
Sometimes, my msg doesn’t reach u,
But, it doesn’t mean that I forget u,
I’m just giving u time to miss me!

Please Forgive me!

..


"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)


...

Rabu, 01 Oktober 2008

GURU KIMIA SMANEMA MERAIH GELAR MAGISTER



Salah satu guru kimia di SMA Negeri Mojoagung pada tanggal 10 juli 2008, berhasil meraih gelar Magister Teknik (MT) dari Universitas Brawijaya Malang, prestasi ini semakin memperkokoh barisan pengajar di SMA Negeri Mojoagung dan memberikan motivasi bagi para siswa untuk lebih berprestasi di bidang akademik. Berikut riwayat hidup guru kimia kita.

AHMAD, lahir di Jombang, 27 Oktober 1965, menyelesaikan sekolah dasar di MI Kesamben tahun 1979, SMP Negeri 1 di Mojoagung tahun 1982 dan SMPP jurusan IPA di kota Jombang tahun 1985, mendapat gelar Diploma Pendidikan Kimia IKIP Surabaya tahun 1989, kemudian pada tahun 1994 mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Pattimura Ambon dan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) tahun 1995, selanjutnya pada tahun 2006 mendapatkan beasiswa dari Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) Depdiknas untuk melanjutan studi Pascasarjana Teknik Sipil konsentrasi Perencanaan Pendidikan di Universitas Brawijaya Malang dan meraih gelar Magister Teknik (MT) tahun 2008. Pengalaman kerja sebagai guru kimia di SMA Negeri 3 Ambon 1990 - 1998, guru kimia di SMA Negeri Mojoagung Jombang 1999 – saat ini. Mendapat penghargaan sebagai Pelopor Iptek dari LIPI dan Depdiknas tahun 2002 kemudian pada tahun 2006 mendapat penghargaan dari Bupati Jombang sebagai Juara II Guru Berprestasi Kabupaten Jombang.

ABSTRACT

THE AVAILABILITY OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL
BASED ON LOCAL COMPETITIVE ADVANTAGE IN JOMBANG REGENCY
Ahmad, e-mail : ahmad_jbg@yahoo.co.id
Supervisor : Dr. Ir. Surjono, MTP. Co-Supervisor Ir. Ludfi Djakfar, MSCE, PhD

The development of vocational high school based on local competitive advantage in every cities or regencies is one of the milestone of National Education Department. Research questions are : What main sectors are the local competitive advantage?, What skills are needed to qualify and how many workers are employed to meet the local competitive advantage?, How is the availability of vocational high school opening vocational program based on the local competitive advantage?.
Research objectives are : (1) To describe and to analyze the Local Competitive Advantage in Jombang Regency, (2) To identify the required skills and to calculate workers absorption based on the local competitive advantage in Jombang Regency, (3) To analyze the availability of vocational high school opening vocational program based on the local competitive advantage in Jombang Regency.
The research employs LQ (Location Quotient) and Shift-Share analysis to know the local competitive advantage, to identify skills based on the local competitive advantage by interviewing with the experts of respective fields, to measure worker absorption based on the local competitive advantage by ILOR analysis (Incremental Labor Output Ratio) , and to analyze the availability of vocational high school opening vocational program based on the local competitive advantage by Table Check List after interview with the experts of respective fields.
The conclusions of the research are : (1) The local competitive advantage in Jombang Regency during the period of 2001-2006 shows the following features : agriculture sector , electric, gas and clean water sector, service sector, transportation and communication sector, (2) The middle-level of skills needed to qualify with local competitive advantage were expert of the agriculture, technician of the electric , gas and clean water, expert of service sector, and technician of transportation and communication sector. The number of workers employed based on the competitive advantage seems relatively high, especially the agriculture sector with the highest rank of all sectors, but with low productivity, (3) The availability of vocational high school opening vocational program based on local competitive advantage shows that only one vocational high school opening vocational program based on the agriculture, namely Kudu State Vocational High School while the agriculture refers to the main sector with the highest worker absorption. Three vocational high schools opening vocational program based on electric, gas and clean water. Fourteen vocational high schools opening vocational program based on service. Twenty-nine vocational high schools opening vocational program based on transportation and communication.
This research suggests that agriculture as local competitive advantage should be supported by vocational high schools opening vocational program for developing and manufacturing, packaging, and marketing of farming commodities so that this local advantage can be developed, not only involves the activity of harvesting and selling product but also increasing the value added by harvesting, manufacturing, packaging and marketing.

Key words : Local Advantage, Skill, Vocational High School, Vocational Program.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

".....Semakin bangga jadi siswa SMANEMA,...... " =)


from : magz-o.blogspot.com